Oleh : Ray - Jurnalis Media Indonesia Satu
DENPASAR - Banyak kebingungan politik yang diciptakan oleh Joko Widodo pada masa pemilihan calon presiden kali ini. Permainan caturnya begitu lincah, membuat banyak orang berang, marah dan membuat banyak kebingungan.
Baca juga:
Eropa dalam Perang Dunia I
|
PSI merupakan partai yang kecil diambil alih oleh Kaesang Pangarep yakni putra dari Jokowi sebagai ketua umum. PSI terbentuk dan besar berada dibayang - bayang PDI P yang bisa dibilang sayap dari pencalonan Jokowi pada masa-masa lalu.
PSI merupakan partai yang identik dengan kaum muda, kaum 'fresh' untuk tanding dalam kancah politik nasional. Tindakan Jokowi ini dianggap sebagian orang merupakan jalan untuk mengkhianati PDI P, dengan berbagai alasan.
Secara demokrasi, apa yang dilakukannya langsung maupun tidak langsung adalah sah-sah saja. Namun ada halangan di Indonesia yang disebut etika dalam politik, yang dihantam dengan kata karma politik.
Toh Jokowi mengambil jalan melalui jalan yang dibenarkan dalam pemilihan umum yang artinya merupakan jalur resmi dalam meraih kekuasaan di alam demokrasi ini.
Membaca itu semua mungkin saja merupakan nilai tawar dari Joko Widodo dalam bermain peran diakhir dirinya menjabat. Bila itu menjadi tujuan akhirnya, tentu catur yang dimainkan ini merupakan bekal untuk meraih kemenangan dalam dua sisi untuk meruntuhkan kepopuleran pihak lawan yang diam tapi menghanyutkan, yakni Anies Baswedan.
Bisa disimak disemua medsos, akar rumput sudah menentukan pilihannya, didalam sebuah perbincangan tokoh baru Kaesang Pangarep yang masih dipuja-puji oleh petinggi PSI oleh seorang ibu-ibu yang begitu polosnya mengatakan Anies Baswedan merupakan pilihannya.
Kekuatan ini tidak boleh diremehkan oleh pihak incumbent saat ini, dari pembentukan IKN itupun karena Joko Widodo menjawab permintaan Anies Baswaden soal anggaran perbaikan ibu kota Negara DKI Jakarta. Anies Baswedan adalah calon simbol perubahan yang menjawab semua sisi negatif dari kepemimpinan Joko Widodo selama ini.
Kekuatan inilah yang ditakuti saat ini, antara Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto merupakan mata uang yang sama, dalam perahu yang sama, perjanjian batu tulis yang sama, bila melihat kekuasaan itu dari sisi luas.
PDI P ini adalah partai yang mampu melihat perubahan itu, melihat sosok Megawati yang tidak pernah lolos dalam pemilu menjadi presiden, ini mungkin meyakinkan hatinya menjadi Ibu dari Negara Indonesia saat ini, simbol Ibu Pertiwi Indonesia atau Ibu Bangsa yang mengayomi seluruh tumpah darah Indonesia, sesuai janji Bung Karno.
Bila nanti dalam 2 putaran Anies melanggeng, pilihan satu-satunya adalah menggabungkan keduanya. Itulah peran terindah dari Joko Widodo untuk Indonesia Raya. (Ray)